SEBAGIAN besar warga Karangrahayu memilih menggunakan air saluran irigasi untuk mandi dan mencuci pakaian. Padahal kondisi air saat ini kering dan sering tercemar limbah.
Pemkab Bekasi sudah menganggarkan pembangunan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK), namun warga enggan untuk diambil tanahnya untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas umum.
Salah satu warga Karangrahayu Sopian menegaskan, minimnya fasilitas MCK tentunya sangat memprihatinkan bagi kesehatan masyarakat. Namun, pembangunan MCK harus tertahan karena ketidakmauan warga untuk pengadaan MCK.
"Kebanyakan warga menolak tanahnya dijadikan fasilitas umum MCK. Banyak alasannya. Mereka mau ada MCK diatas tanah pengairan, tentunya ini sangat tidak mungkin," paparnya.
Hal yang sama juga diutarakan Kepala Desa Karangrahayu Sonang Sanjaya. Menurutnya kesulitan membangun MCK ada pada masyarakat. Pihak desa sudah mengajukan anggaran dan bisa terealisasi.
"Kalau dana ada tapi tempatnya gak ada sama aja bohong. Kami sudah melakukan penyuluhan tentang pentingnya MCK. Tapi warga sendiri yang menolak," ujar pria berbadan subur ini.
Kata Sonang, saluran irigasi yang selama ini digunakan warga kondisinya sedang dalam proses pengeringan untuk penyeragaman pertanian. Kalau sudah begini, warga juga yang teriak minta bantuan air. Yang diperparah, kondisi air saluran irigasi juga kotor dan mengundang penyakit kulit.
"Kami sudah informasikan bahwa saluran irigasi akan dikeringkan. Mau tidak mau yang rugi kan masyarakat sendiri. Kami menyayangkan sikap warga yang enggan menyediakan sebagian tanahnya untuk dibangun MCK," ungkap pria yang bersuara tinggi ini.
Untuk diketahui, sekitar 100 KK tinggal dipingggir saluran irigasi dan memanfaatkan saluran tersebut untuk kebutuhan mandi dan cuci baju
Pemkab Bekasi sudah menganggarkan pembangunan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK), namun warga enggan untuk diambil tanahnya untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas umum.
Salah satu warga Karangrahayu Sopian menegaskan, minimnya fasilitas MCK tentunya sangat memprihatinkan bagi kesehatan masyarakat. Namun, pembangunan MCK harus tertahan karena ketidakmauan warga untuk pengadaan MCK.
"Kebanyakan warga menolak tanahnya dijadikan fasilitas umum MCK. Banyak alasannya. Mereka mau ada MCK diatas tanah pengairan, tentunya ini sangat tidak mungkin," paparnya.
Hal yang sama juga diutarakan Kepala Desa Karangrahayu Sonang Sanjaya. Menurutnya kesulitan membangun MCK ada pada masyarakat. Pihak desa sudah mengajukan anggaran dan bisa terealisasi.
"Kalau dana ada tapi tempatnya gak ada sama aja bohong. Kami sudah melakukan penyuluhan tentang pentingnya MCK. Tapi warga sendiri yang menolak," ujar pria berbadan subur ini.
Kata Sonang, saluran irigasi yang selama ini digunakan warga kondisinya sedang dalam proses pengeringan untuk penyeragaman pertanian. Kalau sudah begini, warga juga yang teriak minta bantuan air. Yang diperparah, kondisi air saluran irigasi juga kotor dan mengundang penyakit kulit.
"Kami sudah informasikan bahwa saluran irigasi akan dikeringkan. Mau tidak mau yang rugi kan masyarakat sendiri. Kami menyayangkan sikap warga yang enggan menyediakan sebagian tanahnya untuk dibangun MCK," ungkap pria yang bersuara tinggi ini.
Untuk diketahui, sekitar 100 KK tinggal dipingggir saluran irigasi dan memanfaatkan saluran tersebut untuk kebutuhan mandi dan cuci baju
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN MASUKAN KOMENTAR, SARAN DAN KRITIK ANDA. TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA.